Pria aneh di depan toko bunga
Sudah empat jam lebih si pria berbaju putih itu duduk seperti orang linglung di depan toko bungaku. Sesekali dia mencuri-curi pandang ke arahku yang sibuk merangkai bunga pesanan pelanggan—tidak, sebenarnya aku pura-pura sibuk saja sih.
Awalnya ku pikir dia hanya sedang berteduh saja, karena hujan cukup lebat sore ini. Tapi ternyata dia tetap duduk dan bersandar di depan toko bungaku, padahal hujan sudah mereda. Aku ingin risih dan mengusir pria itu dari depan toko, tapi nyatanya tidak aku lakukan. Kalian tau apa yang ku lakukan?
“Menunggu seseorang?” Tanyaku
Ku kihat bola matanya sedikit membesar, sepertinya dia kaget karena tiba-tiba aku ada di sebelahnya. Ponselnya yang dari tadi ia pegang—ku duga dia sedang memotret pemandangan—langsung dia turunkan, disimpan ponsel itu ke dalam saku celananya.
“Tidak.” Jawabnya singkat
“Mau beli bunga?”
“Tidak juga..?” Jawabnya ragu
“Lalu kenapa diam berjam-jam di depan tokoku? Kamu buat aku takut, loh?”
“.. aku ga niat begitu. C-cuma.. boleh aku minta segelas teh hangat? Di luar dingin sekali.”
Sore itu, aku membiarkan si pria berbaju putih masuk ke dalam tokoku. Rasanya aku juga bingung, untuk apa aku membiarkan orang asing masuk ke dalam tokoku dan memberikan secangkir teh hangat untuknya?
Namanya Jungkook, pria aneh yang tersesat ke toko bungaku di sore hari musim gugur yang lembab. Jungkook seakan-akan turun bersama dengan rintikan air hujan dari langit saat itu. Dia tidak punya tempat tinggal, dia tidak punya keluarga, tidak memiliki kartu identitas dan juga uang. Tapi aku tidak curiga apalagi takut padanya, karena senyuman dan tatapannya terlihat begitu murni.
Mulai malam itu, Jungkook tinggal di toko bunga milikku.