Now that i know you exist, how do i not love you?
. . .
Seakan waktu berhenti berputar, sekilingnya pun membeku bagai sebuah foto. Jungkook mungkin akan mengutip perkataan Profesor Senovilla tentang perlambatan waktu. Atau perkataan Gary Gibbons, seorang ahli kosmologi dari Universitas Cambridge tentang sebuah waktu yang akan menghilang.
Waktu Jungkook melambat, hingga matanya dapat merekam dengan jelas senyuman indah Taehyung. Sekelilingnya pun membeku, membisu, membatu. Senyuman Taehyung adalah penyebabnya.
Pria manis itu berceloteh panjang lebar, namun telinga Jungkook tidak dapat mendengar apa pun. Jungkook terhipnotis, dia masuk jauh sekali ke dalam mata Taehyung. Hingga rasanya dia lupa apa itu bumi dan daratan. Jungkook menemukan tempat yang jauh lebih indah, itu semua ada di dalam mata Taehyung ketika dia tersenyum.
Rasanya begitu mustahil kalau selama ini dia buta akan hal yang begitu indah. Hal indah yang berada di dekatnya. Jungkook sudah mengenal pria manis ini selama hampir dua puluh lima tahun, sungguh sangat bodoh karena Jungkook telat menyadari ini semua.
“Terus aku pernah dalam sebulan engga makan daging, karena si mami masak bulgogi hampir setiap hari dalam seminggu. Setelah itu aku selalu mual kalau lihat daging!” Taehyung berkata. Melanjutkan ceritanya yang sebenarnya tidak didengar oleh Jungkook.
Pria itu hanya mengangguk dan tersenyum, seakan dirinya sedang fokus mendengarkan cerita Taehyung dengan tenang. Padahal, boro-boro mendengar, matanya masih tenggelam dalam pesona Taehyung yang telat dia sadari itu.
“Kak?” Alis Taehyung mengerut, kepalanya dia miringkan sebelah. Sepertinya dia mulai sadar kalau jiwa kak Jungkook sedang tidak menyatu dengan raganya saat ini. “Kak, kamu dengerin aku engga?”
Mata Jungkook sedikit melebar. “Hah? Ah, denger kok.”
Taehyung mendecih. Tentu saja kak Jungkook nampak tidak mendengarkan dirinya yang dari tadi bercerita panjang lebar. Sebal sekali, ternyata Taehyung berbicara sendirian sejak tadi.
“Aku dengerin kok, tapi engga bisa fokus. Soalnya muka kamu lucu.”
Taehyung masih merajuk. Kedua tangannya dilipat di depan dada, lalu wajahnya dia palingkan.
Jungkook tertawa kecil, lalu mengacak-acak rambut Taehyung dengan lembut. “Jangan ngambek, aku dengerin kok kamu bahas soal daging. Nih, dimakan lagi.”
Dua potong daging yang sudah dibakar dengan matang diletakkan di atas mangkuk nasi Taehyung. Jungkook mengisyaratkan anak itu untuk menlanjutkan makannya. Bibir Taehyung mengerucut lucu. Tangannya yang dilipat di depan dada kini sudah beralih mengambil sendok nasinya lagi.
Bahkan Taehyung tetap terlihat lucu dan cantik saat dirinya merajuk. Bagaimana bisa Jungkook tidak mengulumkan senyuman. Kedua sudut bibirnya itu terangkat secara otomatis.
Setelah itu Jungkook kembali mengambil potongan besar daging dari pemanggang di atas meja. Dia potong daging itu menjadi lima, lalu menggeser piringnya ke arah Taehyung. Semua dilakukan agar Taehyung dapat makan dengan nyaman. Baru setelah itu dia mengambil potongan daging untuk dirinya sendiri.
Dalam diam Taehyung menyadari detail kecil yang dilakukan kak Jungkook. Hanya dengan hal itu pipi Taehyung kini bersemu. Taehyung menyembunyikan sebuah senyuman kecil di balik mulutnya yang terngah mengunyah itu.
Kak Jungkook tidak mengharapkan apa pun. Kak Jungkook pun tidak pernah meminta apa pun dari Taehyung. Dia masih sama, masih tidak banyak berbicara apalagi menuntut.
Pria itu tidak pernah mengatakan tiga kata keramat yang biasa dilontarkan dengan mudah oleh pria lain. Namun anehnya Taehyung tetap merasa dirinya diselimuti oleh banyak kasih dari kak Jungkook. Pria itu memperlakukannya dengan manis melalui tindakan-tindakan kecilnya.
Orang lain mungkin melihat hal itu sepele, namun tidak bagi Taehyung.
Kak Jungkook selalu mengelap bagian atas kaleng soda, kemudian dia membukakannya dan memberikan kepada Taehyung. Tidak pernah menjadi orang yang tidak membalas pesan terakhir, karena Taehyunglah yang sering melakukan hal itu. Dirinya sering kali tanpa sadar meninggalkan pesan kak Jungkook dalam keadaan sudah dibaca.
Taehyung tertawa di sela-sela kegiatan mengunyahnya, sembari memikirkan betapa manisnya sikap kak Jungkook. Membuat orang yang bersangkutan langsung menoleh. “Tae, kenapa? kamu keselek? atau kenapa?”
Taehyung menggeleng dengan heboh, lalu tertawa. Membuat Jungkook semakin bingung. “Engga apa-apa. Kakak ayo lanjutin makan, habis ini kan masih mau ke toko ice cream!”
Taehyung menoleh, tersenyum sambil menatap mata Jungkook. Kemudian satu potongan besar daging melayang ke atas mangkuk Jungkook. Tentu saja Taehyung yang menaruhnya di sana.
“Kakak tuh jangan semua potongan yang besar dikasih ke aku, nanti aku kekenyangan! Kak Jungkook juga butuh makan yang banyaaak, supaya aku gendutnya ga sendirian.”
Setelah itu Jungkook melahap potongan daging pemberian Taehyung. Senyuman menghiasi wajahnya, tidak peduli kalau ada sebuah potongan daging yang sedang dia kunyah di dalam mulut. Sedang Taehyung, anak itu mengulum senyuman malu.
. . .