Identical Twins – 90
And i went home and dreamed of you that night.
Falling in Love. -J.Střelou-
Ada sepercik amarah dalam hati Jungkook ketika dia melihat pria manis itu turun dari boncengan motor kakak kembarnya. Ya, ada perasaan kecewa dan marah. Namun Jungkook sadar, dia tidak memiliki hak apa pun atas Kim Taehyung.
Mau Jungkook marah, kecewa, membanting meja, menabrak motor kakak kembarnya, pada akhirnya semua akan kembali lagi ke poin sebelumnya: Jungkook tidak punya hak.
Malam itu Jungkook tidak langsung kembali ke rumahnya. Karena rasanya terlalu berat untuk berhadapan langsung dengan sang kakak. Pikirannya kalang kabut, perasaannya juga tidak jelas. Anak itu memarkirkan mobil sedannya di dekat taman komplek rumahnya, untuk mengumpulkan pikiran jernihnya sebentar.
Dia tidak ingin kalau hubungannya dengan sang kakak akan buruk hanya karena dirinya sedang dikuasai oleh perasaan ini. Jungkook tidak ingin kalau dia, Jeongguk dan Taehyung akan terjebak dalam situasi sulit di kemudian hari nanti. Padahal mereka memang sudah terjebak di sana.
Jungkook benci untuk menyadari kalau dirinya dan Jeongguk terjebak dalam kisah cinta segitiga seperti ini. Meskipun sang kakak tidak pernah mengatakan “Ya.” secara langsung, namun Jungkook cukup paham. Seumur hidup dia menghabiskan waktu untuk tumbuh bersama keluarga kecilnya, mama, papa dan Jeongguk. Mana mungkin hal semacam ini Jungkook tidak paham?
Tentu Jungkook paham, kakaknya juga terjerat oleh pesona Kim Taehyung yang begitu kuat. Kim Taehyung yang bisa terlihat manis, lucu, tampan dan indah di saat yang bersamaan. Keduanya sadar, namun memilih untuk pura-pura bodoh.
Saat mobilnya memasuki garasi rumah, Jungkook lihat motor sang kakak sudah terparkir di sisi pojok garasi. Ternyata dia sampai di rumah terlebih dahulu. Berarti seharusnya Jeongguk langsung pulang tak lama setelah Jungkook meninggalkan mereka, bukan?
Dalam hati Jungkook bertanya-tanya. Dia harus bersikap bagaimana saat menghadapi sang kakak nanti? akankah hubungan mereka juga menjadi canggung?
Jungkook mengacak-acak rambutnya. Padahal tadi dia sudah menenangkan diri sebentar, dengan harapan kalau pikirannya akan lempeng-lempeng saja ketika sampai di rumah. Tapi kok rasanya semacam percuma sekarang.
Masa bodoh, Jungkook tidak boleh larut dan dikuasai oleh pikiran-pikiran dan rasa khawatirnya yang berlebihan.
Jungkook bisa bernapas lega karena baik orangtua ataupun sang kakak sudah masuk ke dalam kamar masing-masing. Rasanya malam ini Jungkook hanya ingin langsung istirahat dan pergi tidur saja. Sudah ada tenaga lagi yang tersisa bahkan hanya untuk sekadar menyapa orang lain. Semuanya terkuras habis oleh pikiran buruk dan perasaannya tadi.
Setelah selesai dengan kegiatan membersihkan badan, Jungkook langsung berbaring di atas kasurnya. Kamarnya gelap dan sunyi, karena ini yang Jungkook butuhkan—sebuah ketenangan.
Ya, Jungkook memang bilangnya membutuhkan ketenangan. Tapi lihat apa yang dia lakukan saat ini?
Jari-jarinya dengan lincah malah membuka room chat-nya dengan Taehyung. Entah anak itu sudah membaca pesan-pesan dari Jungkook tadi atau belum, Jungkook tidak tahu. Namun masih belum ada balasan atau pesan apa pun.
Apa yang kamu harapkan, Jungkook?
Dia tutup room chat itu. Kalau terus-terusan memandangi ruang chat-nya dengan Taehyung bisa-bisa malah membuat dia uring-uringan.
Apa kegiatannya berhenti di situ?
Wah, tentu tidak. Kini Jungkook malah membuka aplikasi twitter. Berharap setidaknya ada kabar atau Taehyung update sesuatu yang bisa menyembuhkan perasaan uring-uringan dan tidak tenang yang dirasakan.
Bukannya Taehyung, malah postingan Jimin yang menarik perhatian matanya. Sebuah screenshot berisikan percakan Jimin dengan Taehyung.
Jungkook langsung buru-buru membuka room chat-nya Taehyung lagi. Masa bodohlah, kini dirinya malah ikut khawatir dengan pria manis itu. Tanpa pikir panjang, Jungkook langsung membiarkan ibu jarinya menari-nari, merangkai kata dan kalimat yang menunjukkan rasa khawatirnya pada Taehyung.
Tidak, Jungkook tidak menyesal mengirimi Taehyung pesan lagi. Justru dia malah menanti-nanti balasan dari pria itu.
Hingga beberapa menit kemudian ada sebuah notifikasi dari Taehyung.
Isinya rentetan kalimat yang tidak Jungkook pahami. Beberapa—kebanyakan—kata yang ada di dalam pesan itu diketik secara acak. Terlalu banyak typo dan bahkan bukan nama Jungkook yang diketik oleh Taehyung.
Kemudian matanya menangkap nama Jeongguk dan dirinya disebutkan oleh Taehyung.
Tadinya ada rasa nyeri di dadanya. Seperti jantung dan ulu hatinya diremas-remas, nyeri, perih, apa pun itu segala hal yang bisa menggambarkan sebuah rasa sakit.
Namun tak lama senyuman tipisnya mengembang.
Kenapa dia beda dari Jungkook yang tampan dan manis???
Tau ga rasanya kayak dipergok selingkuh. Padahal aku ga selingkuh dan emang ga selingkuh???
Tidak ada pernyataan apa pun yang menyatakan perasaan Taehyung terhadap Jungkook. Tapi kenapa Jungkook tidak bisa menahan senyumannya?
Dia balas pesan salah sambung dari Taehyung itu dengan senyuman terlebar yang menghiasi wajah tampannya. Namun, hingga beberapa saat pesannya belum juga mendapat balasan dari Taehyung.
Tahu tidak? bocah itu memang tidak membalas pesan Jungkook, tapi malah sibuk update sesuatu di twitter pribadinya. Membuat jari-jari Jungkook yang jahil ingin meninggalkan jejakpada kolom reply.
Lagi, lagi dan lagi. Kim Taehyung bisa membuatnya tersenyum dan tertawa lepas. Jungkook bahkan lupa kalau beberapa waktu lalu dirinya sedang pusing dan dibuat uring-uringan. Oleh siapa? Ya, oleh oknum T juga. Taehyunglah tersangka yang membuat Jungkook tidak tenang namun bisa mengangkat rasa khawatir pria itu dan menggantikannya dengan senyuman.
Kookie, maaf banget sebelumnya. Tapi kayaknya aku harus block kamu dulu dari semua socmed.
Malam itu Taehyung memblokir semua media sosial milik Jungkook. Tapi entah mengapa Jungkook malah bisa tidur dengan nyenyak. Senyumnya tidak luntuh bahkan sampai pria itu masuk ke dalam mimpi indahnya. Mimpinya indah, karena malam itu Taehyung menghampiri Jungkook di mimpinya.
Matilah Taehyung. Semalaman dirinya keringat dingin dan tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Bagaimana Taehyung bisa tidur dengan nyenyak kalau dirinya baru saja membuat sebuah kesalahan besar semalam. Sekarang Taehyung harus bagaimana ya, teman-teman?
Bagaimana dia bisa menghadapi Jungkook tanpa ada rasa malu?
Tentu saja Taehyung masih memiliki rasa malu. Meski keseringan dirinya sendiri yang lebih sering membuat malu, tapi kan kalau berhubungan dengan orang yang disuka pasti kan rasanya berbeda.
Matanya dan pipinya bengkak karena hanya bisa tidur tiga setengah jam. Hidungnya merah dan tersumbat. Efek begadang memang kurang baik untuk badannya. Untung saja hari ini dia tidak berencana pergi ke mana-mana. Tinggal menunggu Jimin saja yang berjanji untuk datang ke rumahnya siang ini, kemudian sahabatnya itu berjanji akan menginap untuk malam ini.
Taehyung tidak ingin bangun pagi, karena dirinya baru bisa tidur pukul 5:45 pagi tadi. Namun ketukan dari luar pintu kamarnya membuat Taehyung terpaksa bangun dari kasur kesayangannya.
Taehyung melihat jam di atas nakas, kini waktu baru menunjukkan pukul 10:20 pagi. Tapi sang ibu sudah mengetuk pintu kamar Taehyung. Lalu pintu kamar itu sedikit dibuka, disusul oleh kehadiran ibunya yang sedang mengintip sedikit ke dalam kamar Taehyung.
“Sayang, ada temanmu datang tuh. Sana cuci muka dulu, kemudian turun ke bawah. Sekalian nanti kamu ajak dia untuk sarapan. okay?”
Loh, harusnya Jimin baru datang ke rumahnya pukul dua siang. Kenapa tiba-tiba sahabatnya itu datang pagi-pagi seperti ini?
Ah, mungkin urusannya sudah selesai.
Dengan malas Taehyung bangkit dari kasurnya. Lalu anak itu melakukan sedikit peregangan sebelum akhirnya pergi menuju kamar mandi.
Kaki Taehyung melangkah riang saat menuruni anak tangga, berharap kalau dirinya bisa memeluk Jimin sambil berkeluh kesah akan kebodohannya semalam. Inginnya begitu..
“Jim, kamu katanya haru—Kookie..?”
Tuhan, kenapa pria yang paling ingin Taehyung hindari saat ini malah berada tepat di hadapannya?
Kenapa??
Kenapa Jungkook malah tersenyum lebar sambil melihat Taehyung saat ini???
Taehyung yang masih mengenakan piyama tidurnya, sandal dalam rumah dan tidak lupa juga wajah bengkaknya karena semalaman tidak bisa tidur. Untung saja dia sempat untuk mencuci mukanya terlebih dahulu tadi.
”..uhm, pagi?” sapa Jungkook.
Bisa bayangkan tidak bagaimana wajah Taehyung saat ini?
“K-kenapa kamu di rumahku? aduh.”
Jungkook malah tertawa. Tertawa karena melihat ekspresi lucu dari wajah Taehyung.
“Habisnya kontakku kamu blokir semua. Jadi aku samperin aja ke rumah kamu, haha.”
“Jungkook, aku kayaknya ga sanggup deh buat ketemu kamu dulu. Kalau aku usir kamu pulang gimana?” tanya Taehyung polos.
Sayangnya sang ibu yang sedari tadi menguping pembicaraan kedua anak muda itu keburu menginterupsi Taehyung. Tidak jadi deh Jungkook diusir oleh dia. “Loh, sayang, kenapa masih di sini? Ayo ajak temennya sarapan bareng.”
“Ma, temen aku sibu—” belum selesai Taehyung berkata, Jungkook sudah langsung menjawab, “Ah, terima kasih tante. Kebetulan saya belum sarapan. Hehe.”
Pagi ini Taehyung harus pasrah. Rencananya untuk menghindar dari Jungkook sementara waktu ini nampaknya gagal. Dirinya tidak bisa menghindari Jungkook dan malah harus sarapan bersama dengan pria itu. Jungkook yang tampan kini duduk di sebelah kursinya, dengan senyum sumringah dan tidak berhenti menatap Taehyung dari arah samping. Jungkook seakan-akan tidak peduli kalau saat ini Taehyung sedang malu bukan main.
“Kamu curang banget. Padahal aku kan sengaja mau menghindar dulu, tapi kamu malah samperin aku ke rumah.” protes Taehyung. Jungkook hanya tertawa mendengar perkataan kelewat jujur dari Taehyung.
Saat ini mereka sedang duduk di kursi teras belakang rumah Taehyung. Udara pagi menjelang siang hari ini tidak begitu dingin, karena tidak turun salju selama beberapa hari. Tapi tetap saja Taehyung sibuk menggosok-gosokan kedua tangannya dari tadi.
“Dingin ya? Apa mau pindah tempat ngobrolnya?” Tanya Jungkook.
Namun Taehyung menggeleng, lalu menjawab, “Engga, kalau ngobrol di dalam nanti mama bisa nguping! aku malu tahu. Apa lagi kejadian semalam. Huft.”
“Omong-omong, Taehyung.. kalau aku ngajak ngobrol serius kamu boleh ga?”
Deg
Duh, Taehyung harus bereaksi apa ya?
Boro-boro ingin memikirkan reaksi apa yang tepat, saat ini rasanya jantung Taehyung sudah ingin mau copot. Keluar, melompat dari tubuhnya dan berkelana, meninggalkan Taehyung yang kalang kabut dibuat Jungkook.
“Ng-ngobrol serius apa, Kookie?”
“Aduh, aku gatau ini saat yang tepat atau engga. Tapi aku udah pikirin ini semaleman,” jeda sebentar, membuat Taehyung tidak bergeming di tempatnya. Menanti-nanti kalimat selanjutnya yang akan keluar dari dalam bibir Jungkook. Lalu Jungkook kembali berkata, “Aku suka sama kamu, Kim Taehyung.”
Taehyung sedikit membuka mulutnya, bukan karena dia ingin menjawab pernyataan Jungkook. Tapi karena dia kaget. Begitu kaget. Tapi Jungkook buru-buru mengatakan sesuatu lagi. “Kamu ga perlu jawab apa pun, kok. Aku cuma mau ungkapin perasaanku aja. Kamu boleh jawab kalau waktunya udah tepat nanti, saat kamu udah yakin sama perasaan kamu.”
Taehyung masih diam.
“Tapi, gapapa kan kalau aku ngasih perhatian lebih ke kamu? Perhatian untuk orang yang aku suka?”
Taehyung menggeleng, lalu buru-buru menganggukkan kepalanya. Maksudnya..
Aduh, tidak tahu, Taehyung juga bingung dengan perasaannya saat ini. Rasanya seperti ada popcorn yang meletup-letup di dalam dadanya.
Saat itu, Jungkook kembali selangkah lebih maju dari Jeongguk. Jungkook mengambil tindakan lebih cepat dari Jeongguk. Pada akhirnya, bukan lagi perkara siapa yang lebih lama mengaggumi. Tapi siapa yang lebih dahulu mengambil tindakan dan jujur akan perasaannya.
Author's note Guys, sudah mempersiapkan hati beluuuum? hahaha. Pada akhirnya akan ada yang menjadi sadboi dari si kembar nih. :(