Identical Twins – 97
“I hope that i have a place in your heart too.”
-First Love, Utada Hikaru-
Jeongguk berdiri, menyandar pada tembok abu-abu yang berada tepat di sebelah pintu masuk dorm Taehyung. Ya, dia sudah berdiri di sana selama lima belas menit karena orang yang ditunggu-tunggu belum juga muncul. Bahkan beberapa mahasiswa yang kebetulan mengenalinya sempat menyapa Jeongguk, membuat pria itu harus berpura-pura tersenyum berkali-kali. Padahal aslinya dia sudah bosan sekali, juga kedinginan.
Salju memang tidak turun, namun sore itu angin terasa cukup kencang. Pohon-pohon gundul di halaman dorm mungkin tidak bergeming sedikit pun, karena rantingnya kini masih telanjang tanpa adanya dedaunan yang menemani. Tapi sungguh, angin kencang itu cukup membuatnya linu ketika bertabrakan dengan kuku-kuku jarinya.
Kasihan sekali Jeongguk disuruh menunggu di luar seperti itu. Kalau dia terkena flu selama beberapa hari ke depan apa Taehyung bersedia tanggung jawab?
Oh, tentu tidak akan. Anak itu juga bermusuhan dengan musim dingin dan flu, omong-omong.
Jeongguk ambil ponselnya yang dia simpan di dalam saku jaket. Lalu buru-buru dia mengirim pesan ke Taehyung untuk segera keluar dorm. Tentu saja dengan ancaman kalau dalam dua menit Taehyung tidak datang, flashdisk berharga miliknya akan melayang bebas ke semak-semak sebelah gedung dorm-nya itu.
Belum ada satu menit Taehyung sudah menjawab pesan penuh ancaman dari Jeongguk itu. Katanya begini, Cerewet bangeeet, tadi aku sibuk nyari lensa kontakku duluuu.
Lalu tak lama Kim Taehyung muncul. Anak itu menuruni anak tangga dengan napasnya yang tidak beraturan, diduga kuat bahwa dia habis berlari kilat dari kamar dorm-nya di lantai tiga.
“Kamu tuh ya, ga kira-kira ngancemnya. Huft.”
Baru juga sampai, tapi anak itu sudah memarahi Jeongguk. Padahalkan memang dia yang salah karena membuat Jeongguk menunggu cukup lama di tengah udara dingin.
“Padahal lo yang lama, tapi gua tetep yang disalahin.” jawab Jeongguk.
Ya, pokoknya Taehyung tidak pernah salah karena dia anak manis dan lucu!
Mereka masih berdiri di depan pintu masuk dorm. Tidak tahu diri sekali kalau posisi mereka bisa menghalangi orang-orang yang berlalu-lalang ingin keluar atau masuk ke gedung itu.
“Kacamata-ku ketinggalan di rumah. Terus aku harus ngobrak-abrik laci buat nyari lenca kontak. Kamu mau tanggung jawab kalau aku nyungsruk pas jalan di tangga karena matanya burem?”
“Sejak kapan lo pakai kacamata?” tanya Jeongguk.
Wah, pria lucu dalam hati Taehyung kini sedang mengomel. Si Jeongguk ini pura-pura tidak tahu segala. Padahal malam tahun baru waktu itu dia yang membantu Taehyung mencari kacamatanya. Hih, dipikir Taehyung tidak menyadari kalau itu dia, ya?
Taehyung tidak menjawab pertanyaan Jungkook, malas sekali. “Mana sini flashdisk-ku? Kalau gaada benda itu aku gabisa lanjutin skripsi nanti.”
Taehyung bisa melihat ada senyuman jahat yang sedang menghiasi wajah Jeongguk. Serius, Taehyung jadi merinding dan perasaannya tiba-tiba terasa tidak enak.
“Ye, ga segampang itulah. Gaada yang gratis di dunia ini, Kim Tae.”
Benar saja yang Taehyung pikirkan. Jeon Jeongguk si menyebalkan itu akan tetap menjadi orang yang paling menyebalkan.
“Memang ya, harusnya aku udah ngeduga ini dari awal. Kamu tuh ngeselin.” jawab Taehyung.
“Ayo beliin gua ramyeon di seven eleven depan sana. Gua laper banget dingin-dingin disuruh nunggu lo lama.”
Setelah itu tangan Taehyung digeret paksa oleh Jeongguk. Pria itu tidak peduli kalau Taehyung sedang protes dan tidak terima dengan ide sepihak Jeongguk itu. Tapi tetap saja, tenaga Jeongguk jauh lebih kuat dibanding Taehyung. Mau dia protes seperti apa pun juga kakinya akan tetap mengikuti tarikan Jeongguk.
. . .
. . .
Taehyung cemberut, kesal, tidak terima dengan sikap semaunya yang selalu Jeongguk lakukan.
Bukannya Taehyung perhitungan. Taehyung tidak mempermasalahkan uang yang dia keluarkan untuk membelikan dua bungkus ramyeon, satu pack telur rebus berisi dua butir, kimchi instan dan satu kaleng minuman berkarbonasi. Tidak, Taehyung tidak mempermasalahkan itu. Meski dirinya bisa menghabiskan uang itu untuk makan siang dan makan malamnya.
Kini Taehyung hanya bisa menatap kesal Jeongguk sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali. Keheranan melihat Jeongguk yang lahap sekali makan di sebelah Taehyung. Bahkan kimbab segitiga milik Taehyung saja sampai tidak sempat disentuh, karena sibuk terheran-heran melihat Jeongguk makan.
“Wah, kamu kayak ga makan satu minggu.” celetuk Taehyung.
Masa bodoh, yang penting Jeongguk dapat makan malam gratis hari ini. Sudah gratis, ditemani dengan Taehyung kan jadi tambah istimewa. Ralat, ditemani dan dibayari oleh Taehyung, pria lucu yang dia suka. Kurang indah apa coba hari Jungkook?
“Kapan lagi aku dapat makanan gratis begini.” jawab Jeongguk sekenanya.
Tunggu sebentar, apa barusan Jeongguk menyebutkan dirinya dengan kata 'aku'?
Taehyung tidak salah dengar, kan?
“Ih, terserah. Tapi kamu tuh bikin aku tekor, tau!”
Jeongguk tersenyum kecil. Sudut bibir kirinya terangkat, sebelum akhirnya dia kembali menyuapkan ramyeon ke dalam mulutnya.
Setiap orang punya caranya masing-masing dalam menunjukkan rasa suka mereka pada seseorang. Setiap orang punya caranya masing-masing untuk memperlakukan orang yang disuka.
Ada yang caranya manis dan tenang seperti Jungkook. Ada juga yang sengaja bertingkah menyebalkan dan meledek orang yang disuka seperti Jeongguk. Namun satu hal yang pasti, tidak ada yang namanya salah ataupun benar. Setiap orang punya caranya masing-masing dalam mengekspresikan perasaannya.
Jeongguk suka menjahili Taehyung. Suka ketika anak itu merengut sebal dan marah-marah lucu. Meski Taehyung menganggap dirinya menyebalkan, tidak manis seperti Jungkook.
Ya, kalau boleh jujur sih Jeongguk iri setengah mati pada adik kembarnya.
Taehyung selalu menganggap sikap Jungkook manis, membuat kadar ketampanan adiknya itu menaik pesat dan berada 200 level di atas Jeongguk—bagi Taehyung. Padahal realitanya, sebuah fakta tanpa perlu adanya bukti empiris menyatakan bahwa Jungkook dan Jeongguk itu sama-sama tampan. Keduanya tampan dan berwajah sama, tentu saja. Hanya tahi lalat dan model rambut mereka yang dapat menjadi pembeda keduanya jika kalian hanya melihatnya sekilas saja.
Tapi tetap saja. Image Jeongguk di mata Taehyung sudah terlalu terbentuk sebagai sosok yang menyebalkan. Selalu mengganggu Taehyung dan bersikap semaunya. Namun, memang begitulah cara Jeongguk menyalurkan perasaannya untuk Taehyung.
Setelah lebih dari tiga tahun hanya bisa menjadi pengagum dalam diam. Mengagumi Taehyung ditemani oleh sunyi, tanpa ada sepatah kata pun yang berani dia keluarkan untuk sekadar menyapa atau mengajak berkenalan. Jeongguk harus menghadapi kenyataan aneh, takdir yang begitu jahil mempermainkan dirinya dan juga adik kembarnya.
Baik Jeongguk ataupun Jungkook, keduanya sudah jatuh cinta pada Kim Taehyung.
Keduanya memang memiliki perasaan pada Taehyung. Namun Jungkook sudah beberapa langkah di depan Jeongguk. Adiknya itu jauh lebih pintar membaca situasi. Jungkook tidak takut untuk mengambil resiko. Padahal biasanya dia selalu menjadi orang yang paling suka mengamati dalam diam dan tidak pernah neko-neko.
Jungkook selalu menjadi pribadi yang lebih tenang. Mempertimbangkan banyak hal dan mengamati situasi. Jungkook selalu mempertimbangkan banyak hal sebelum mengambil sebuah tindakan. Sedangkan Jeongguk selalu menjadi pribadi yang blak-blakan. Tidak pernah takut untuk menyuarakan pendapatnya.
Sayangnya, hal yang sama tidak terjadi jika itu bersangkutan dengan urusan hati dan perasaan. Padahal ini bukan kali pertama Jeongguk menyukai seseorang. Dirinya bahkan sudah memiliki mantan kekasih sebanyak empat orang di bangku SMP dan SMA dulu. Jumlah mantan pacar Jeongguk menang banyak dibanding Jungkook yang memiliki nol mantan, alias belum pernah berpacaran.
Orang-orang kebanyakan keburu menyerah untuk menyukai Jungkook, karena pria itu terlalu kalem dan terlalu perfeksionis. Lalu pada akhirnya mereka akan memuja Jeongguk sepenuh hati, tanpa menyisahkan tempat untuk Jungkook. Meski, ya, sebenarnya wajah keduanya sama-sama tampan.
Kenapa bisa Jeongguk menjadi pengecut dan pengagum Kim Taehyung dalam diam selama tiga tahun ini?
Kenapa juga Jungkook bisa seberani dan seterbuka itu akan perasaannya pada Taehyung?
“Kamu mau melamun sampai itu ramyeon ngembang keluar dari wadahnya?”
Jeongguk tersadar setelah beberapa menit tenggelam dalam pikiran bodohnya: membandingkan dirinya dengan Jungkook lagi.
Benar saja kata Taehyung. Ramyeon di hadapan Jeongguk terlihat mulai mengembang dan menyisahkan sedikit kuah saja.
“Kalau ga enak ya tinggal minta beliin lagi sama lo.” jawab Jeongguk asal.
Taehyung mengehela napasnya, entah sudah yang ke berapa kali sejak sore. Kira-kira Jeon Jeongguk yang menyebalkan ini enaknya diapakan, ya?
Oh, disayang-sayang saja, Taehyung-ah!
Tapi tentu saja Taehyung tidak melakukan saran itu. Dia malah mendengus kesal, lalu mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela. Matanya kini sibuk melihat kendaraan yang berlalu-lalang, membelah jalanan Seoul yang tidak pernah mati dari hiruk-pikuk aktifitas ibu kota yang padat akan kendaraan. Suara klakson, lampu lalu lintas yang terus menerus berganti warna—hijau, oranye dan merah. Lalu para pejalan kaki yang juga ingin segera sampai pada tempat tujuannya.
Ya, Taehyung kini lebih memilik memandangi itu semua di banding pria tampan di sebelahnya.
Jeongguk diam sebentar. Memandangi wajah indah Taehyung dari samping yang kini terasa begitu dekat. Terlalu dekat bahkan, Jeongguk tidak pernah berani berharap bahwa dirinya bisa berada di jarak sedekat ini dengan Taehyung.
Bulu mata Taehyung begitu panjang dan tebal, pantas saja matanya selalu terlihat indah. Hidungnya mancung dengan sempurna. Bibirnya tebal dan berwarna merah muda. Ternyata memang Taehyung seindah ini, ya?
Indah memang. Yang tidak indah itu ya kisah cinta Jeongguk dengan Taehyung yang mungkin saja tidak berakhir bahagia.
Tapi Jeongguk masih boleh berharap bukan?
Jeongguk masih boleh berharap kalau memang pada akhirnya hati Taehyung bisa sepenuhnya dia miliki?
Jeongguk tidak bisa munafik. Dirinya masih berharap kalau ada sebuah ruang kecil di dalam hati Taehyung untuk dirinya. Harapan ini tidak terlalu muluk kan?
. . .
Author's Note: Hallo, manteman! maafkan kalau narasi ini penuh dengan typo tanpa aku sadari. Karena aku memang anaknya hidup ditemani oleh si typo dan mataku buriknya sebelas dua belas sama karakter Taehyung kalau ga pakai kacamata. Huhuhu. Tapi semoga kalian memaklumi dan tetap bisa menikmati chapter ini ya! xixixi.
All the Love, Bae.