Identical Twins – 107.
I wonder, How much love in this world Hides behind silence?
-The Random Stories-
Pertemuan pertama Jeon Jeongguk dan Kim Taehyung. Kelas Pengantar Ilmu Sosial, 2018.
Kelas pengantar ilmu sosial, selalu menjadi kelas yang paling malas Jeongguk hadiri. Harusnya saat pengisian jadwal dirinya bisa mendapatkan seluruh kelas di siang hari, jadinya Jeongguk tidak perlu repot-repot bangun pagi seperti ini.
Namun semuanya sudah terlambat. Jeongguk harus menghadiri kelas pagi yang dia benci selama satu semester ke depan. Semua karena kebodohannya yang terlambat mengisi KRS di awal semester ini.
Kelas pengantar ilmu sosial merupakan salah satu mata kuliah umum yang wajib diambil oleh para mahasiswa baru. Jadi jangan ditanya ada berapa banyak mahasiswa yang menghadiri kelas pagi itu. Mungkin jumlahnya hampir seratus orang.
Ruangan kelas yang digunakan merupakan sebuah aula besar dengan susunan meja yang bertingkat menyerupai anak tangga. Kira-kira ada tujuh baris atau tujuh level meja di dalam kelas itu. Jeongguk selalu mengambil baris kedua atau ketiga dari belangkang, karena dirinya tidak mau ketahuan mengantuk selama jam perkuliahan berlangsung.
Sebagian besar waktu di kelas Jeongguk habiskan untuk menguap dan berusaha keras agar matanya tidak terpejam. Suasana kelas yang terlalu ramai dan para mahasiswa yang silih berganti mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan dosen, seolah-olah kalau dia bisa menjawab dengan benar saat itu dirinya sudah pasti lulus mata kuliahnya.
Bosan sekali, padahal ini baru minggu ketiga perkuliahan. Secara teknis minggu pertama dirinya tidak datang terlambat.
Mingyu—sahabatnya itu—dari tadi sibuk menyenggol lengan Jeongguk dengan sikutnya, memastikan kalau temannya tidak tertidur. Bisa-bisa dosen mereka menyuruh anak itu keluar dan menandainya sepanjang semester.
Dosennya di depan sana sedang menjelaskan tentang disiplin ilmu sosial, kebetulan minggu ketiga ini antropologi yang menjadi pembahasan utama. Harusnya ini merupakan mata kuliah yang menyenangkan, kalau saja Jeongguk tidak dikuasai oleh rasa kantuknya itu.
Matanya masih terasa lengket sekali, seperti seseorang sengaja dengan sadisnya menempelkan lem aibon agar kedua kelopak matanya tertutup rapat. Dirinya sudah berada di ambang antara rasa kantuk dan kesadaran yang hanya tersisa 15%. Hingga akhirnya ada satu mahasiswa yang menarik perhatian semua orang di dalam ruangan besar itu.
Ketika kondisi sedang hening-heningnya pria manis itu berdiri dan mengangkat tangannya. Membuat seluruh pandangan tertuju hanya padanya. Sang dosen membetulkan posisi kacamatanya dan bertanya dengan ramah. “Ya, ada apa?”
“A-ah, prof. Saya Kim Taehyung, angkatan 2017, cuma mau izin ke toilet soalnya saya kebelet pipis sekali ini.”
Seisi kelas yang berisikan hampir seratus orang itu dibuat tertawa oleh tingkah Taehyung yang konyol namun menggemaskan. Membuat mata Jeongguk yang tadinya terasa berat dan lengket langsung otomatis terbuka. Dia lihat pria berambut cokelat terang itu sedikit berlari keluar dari ruangan kelas, belum juga sempat Jeongguk melihat wajahnya.
Setelah itu rasa kantuk Jeongguk tidak datang lagi. Matanya jauh lebih segar jika dibandingkan dengan beberapa menit yang lalu. Kini segala omongan sang dosen akhirnya bisa masuk ke dalam kepalanya dengan bena. Sudah lebih dari setengah jam perkuliahan dimulai, namun ilmu di kelas itu terasa sia-sia karena rasa kantuknya.
Ingatkan Jeongguk untuk mampir ke starbucks dan membeli segelas hot americano dulu ya di kelas selanjutnya.
Seisi kelas masih fokus pada dosen mereka sedang menjelaskan berbagai jenis makhluk primata. Lalu bagaimana manusia berevolusi dahulu kala. Mirip seperti pelajaran sejarah di saat dirinya SMP dan SMA dulu, Jeongguk sudah sering mendengar pembahasan ini.
Sebenarnya mata kuliah ini asik dan membosankan di saat yang bersamaan. Membosankan karena kita sudah sering mendengar dan mempelajari beberapa hal yang mencangkup di dalamnya: seperti sejarah manusia sebagai contoh. Namun cara penyampaian dan penjelasan dari sang dosen yang kelewat asik membuat seluruh mahasiswa terhipnotis dan dengan serius menyimak kalimat demi kalimat yang dikatakan oleh sang dosen.
Lalu tak lama si pria berambut cokelat terang itu kembali. Kali ini dia menunduk permisi dan meminta maaf kepada beberapa orang karena kembali menginterupsi sesi penjelasan dari dosen mereka yang menyenangkan itu.
Ternyata begitu rupanya dia, si pria dengan suara berat namun terdengar manis. Ternyata wajahnya tak kalah manis dengan suaranya, membuat Jeongguk mengangkat sedikit sudut bibirnya. Kemudian matanya kembali beralih pada sang dosen yang sedang berbicara di atas podiumnya. . . .
. . .
Taehyung selalu duduk di barisan kedua dari depan dan Jeongguk selalu mengambil tempat duduk kedua dari belakang. Ada jarak tiga baris meja yang menghalangi posisi keduanya. Namun hal itu tidak menghalangi Jeongguk untuk bisa leluasa memandangi wajah pria manis dan lucu itu.
Pagi ini Jeongguk menyempatkan diri untuk pergi ke starbucks dan memesan iced americano double shot terlebih dahulu. Bisa dipastikan matanya pagi ini akan terjaga dari rasa berat yang disebabkan oleh kantuk. Ternyata dirinya sudah belajar dari yang sudah-sudah, kalau matanya memang begitu lemah jika dipaksa untuk menghadiri kelas pagi.
Laptop di hadapannya terbuka dan menyala, tapi matanya terus menerus memandangi pria bernama Kim Taehyung itu. Rambutnya terlihat halus dan lembut meski dicat berwarna cokelat terang. Padahal Jeongguk terhalang jarak beberapa meter, namun dirinya bisa memastikan hal itu. Lucu sekali, sih!
Dilihat si pria bernama Taehyung itu kini sedang mengangguk-angguk lucu dan kembali fokus pada dosen di depan sana.
Suara sang dosen yang sedang membahas Paleontologi hari ini terasa begitu kecil—hampir berbisik. Semua hal yang dijelaskan kini benar-benar tidak masuk ke dalam kepala Jeongguk, karena orang yang bersangkutan sedang sibuk senyum-senyum sendiri memandangi Taehyung.
Pria lucu itu mengangkat tangannya, bertanya sesuatu ke sang dosen. Namun Jeongguk tidak bisa mendengar dengan jelas apa kalimat pertanyaan yang diajukan Taehyung. Yang jelas, suaranya tetap terdengar manis.
Beginilah kalau sedang jatuh cinta. Manusia bisa menjadi bodoh dan tidak sadar akan sekelilingnya.
Kim Mingyu sedari tadi hanya bisa menggeleng keheranan melihat teman dekatnya sedari SMA yang sedang senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Ada angin apa Jeongguk sampai senyum-senyum kecil seperti itu?
Namun rasa heran itu hilang ketika dia mengikuti arah pandang Jeongguk.
Ah, pantesan.
Mingyu tidak jadi heran. Soalnya dia tahu kalau Kim Taehyung salah satu mahasiswa baru yang masuk ke angket maba tertampan sekaligus tercantik di kampus. Banyak kakak tingkat laki-laki maupun perempuan yang mengelu-elukan keindahannya. Jadilah dia biarkan saja Jeongguk memandangi Taehyung sepanjang jam perkuliahan.
Rasanya dua setengah jam terasa begitu singkat bagi Jeongguk. Padahal yang dia lakukan sepanjang di kelas hanya memandangi Taehyung saja. Boro-boro mendengar penjelasan dosennya, pemberitahuan kuis pertama minggu depan saja Jeongguk tidak mendengarkan.
Duh, padahal hanya memandangi Taehyung dari belakang. Tapi kenapa rasanya waktu begitu singat dan cepat berjalannya?
Sejak saat itu, Jeongguk menjadi semangat menghadiri kelas pengantar ilmu sosial yang begitu ramai. Jeongguk jadi semakin sering memperhatikan Taehyung dari belakang setiap kali anak itu berbicara dan mengutarakan pendapatnya. Bahkan Jeongguk masih memperhatikan Taehyung saat dia sibuk mengobrol dengan teman pirangnya yang beberapa senti lebih pendek dibanding Taehyung. Namanya Park Jimin.
. . .
. . .
Awalnya Jeongguk pikir kalau dirinya hanya suka menyadari eksistensi Kim Taehyung dalam ruangan yang sama dengannya saja. Awalnya Jeongguk pikir dirinya hanya suka memandangi Taehyung karena terkadang kelas terasa begitu membosankan. Awalnya Jeongguk pikir, saat semester ini berakhir dia tidak akan kecanduan memandangi Kim Taehyung lagi.
Namun kenyataannya tidak sejalan dengan apa yang Jeongguk pikirkan. Dia malah merasa bosan karena tidak ada jadwal yang sama dengan Taehyung di semester tiga. Kemudian dia mengetahui kenyataan pahit lainnya: ternyata Taehyung mengambil konsentrasi yang berbeda, yaitu perfilman.
Kini rasanya semakin kecil saja kemungkinan Jeongguk bertemu dengan pria lucu itu di kelas yang sama. Ya, meskipun masih ada beberapa mata kuliah umum yang bisa diambil oleh jurusan campuran. Tetap saja, belum tentu Taehyung mengambil mata kuliah yang sama dengan dirinya, huh.
Jadi, sekarang bagaimana dirinya bisa melihat Kim Taehyung lagi, ya?
Wah, caranya mudah kok. Tinggal hampiri ke ruang UKM radio kampus saja. Kalau misalnya terlalu malu untuk menghampiri, Jeongguk bisa berdiam diri di lounge lobby fakultas mereka. Di sana disediakan sebuah TV yang menayangkan UKM radio ataupun TV kampus.
Nah, kebetulan Taehyung akan menjadi penyiar tamu di radio kampus mereka selama dua minggu. Bukankah ini kesempatan Jeongguk?
Tentu saja. Tanpa diberi tahu bocah itu sudah mengetahuinya terlebih dahulu. Jadi kerjaan Jeongguk setiap kali jam makan siang ya duduk di lobi sambil memandangi TV yang menampilkan Kim Taehyung di sana. Taehyung yang saat itu mengambil alih sesi 'Putarkan lagu untuk seseorang yang kamu sukai!'.
Jeongguk tidak pernah absen barang sehari saja untuk menyaksikan siaran Taehyung itu. Setiap Mingyu atau adik kembarnya si Jungkook mengajak untuk makan siang bersama, dia selalu saja beralasan ini dan itu. Hanya demi bisa menyaksikan siaran Taehyung dengan tenang, tanpa perlu malu ketahuan oleh orang lain.
Padahal berani jamin kalau orang lain yang melihat dirinya saat ini pasti bisa menyadari sesuatu. Menyadari kalau Jeongguk itu mengagumi penyiar manis yang sedang menghiasi layar TV lobi. Jelas saja, senyuman Jeongguk tidak luntur sedikit pun sepanjang sesi siaran Taehyung, kurang jelas apa lagi?
Sampai suatu hari dia memberanikan untuk mengirim pesan anonim pada tim penyiaran di kampus mereka. Isinya adalah sebuah permintaan Jeongguk untuk memutarkan sebuah lagu yang manis untuk Kim Taehyung.
Hei, penyiar Kim. Aku selalu dengar siaran kamu di siang hari hampir dua minggu ini. Terima kasih ya udah ngisi waktu luangku. Rasanya berat banget setelah ini gaada siaran kamu lagi. Sehat selalu ya, Kim Taehyung. Kalau boleh aku mau request lagu My Love dari westlife. Lagu ini buat kamu, hehe.
Jeongguk melihatnya langsung, di sana Kim Taehyung sedang tersenyum malu membaca pesan darinya.
Namun tingkat keberanian Jeongguk ya hanya mentok di situ saja. Bahkan setelah dia mengirim pesan dan lagu manis itu, tidak ada lagi kelanjutan dari keseriusan akan perasaannya.
Jeongguk tetap mengagumi Taehyung dalam diam. Karena rasanya lebih nyaman begitu. Melihat dan memandangi Kim Taehyung dari kejauhan, dirinya bisa leluasa tersenyum tanpa takut Taehyung memergoki dirinya.
Ah, cemen sekali kamu Ggukie.
Bahkan untuk sekadar menyapa Kim Taehyung saja lidahnya kelu. Tidak bisa bergerak dan mengucapkan sepatah kata pun. Setiap kali Taehyung berjarak kurang dari sepuluh meter dari tempatnya berdiri, Jeongguk langsung buru-buru ngacir dan berusaha untuk tidak terlihat.
Entah kenapa dia bisa menjadi pengecut seperti itu jika berhadapan dengan Kim Taehyung. Padahal pria itu hampir tidak menyadari eksistensi Jeongguk di muka bumi ini.
Namun itu tidak pernah menjadi masalah untuk Jeongguk, karena dirinya merasa ini cukup.
Di tahun ketiga perkuliahan ketika keduanya memasuki semester ke-lima, Jeongguk semakin jarang melihat Taehyung. Anak itu sudah tidak begitu aktif di kegiatan non-akademik, jadwal kelas mereka juga sepertinya tidak ada yang sama. Saat itu Jeongguk mulai merasa ada yang aneh dengan perasaannya.
Sebelumnya dia merasa segalanya cukup jika dia menjadi pengagum Kim Taehyung dalam diam. Karena, toh, mereka masih satu fakultas dan akan sering bertemu. Namun ternyata dirinya merasa ada yang kurang. Beberapa bulan itu terasa begitu kosong dan berat untuk Jeongguk. Soalnya dia hampir tidak pernah melihat si pria lucu itu lagi.
Ke mana ya perginya Taehyung? . . .
. . .
Pada semester enam dirinya kembali dipertemukan dengan Kim Taehyung di kelas umum Etika dan Filsafat Komunikasi. Kim Taehyung kini nampak berbeda, karena rambutnya sudah dicat menjadi lebih terang alias blonde. Jeongguk dibuat melongo ketika pertama kali melihat pria itu memasuki kelas dengan wajah lucunya dan rambut terang yang semakin membuat dia menonjol di antara yang lainnya.
Taehyung beberapa kali membungkuk dan menyapa mahasiswa lain yang dikenal olehnya. Mereka bercengkrama sebentar, lalu Taehyung izin untuk mencari tempat duduk yang masih kosong.
Dulu biasanya selalu ada Park Jimin di samping pria itu. Membuat Jeongguk sempat salah paham dengan hubungan keduanya, karena mereka terlalu nyaman berada di dekat satu sama lain. Namun akhirnya Jeongguk mengetahui kalau Jimin ya hanya sahabatnya saja. Tapi, kok Park Jimin belum terlihat batang hidungnya, ya?
Kemudian tak lama orang yang baru saja dibicarakan itu datang juga. Jimin terlihat bertukar warna rambut dengan Taehyung—rambutnya menjadi lebih gelap. Matanya sempat menangkap kehadiran Jeongguk di barisan paling belakang dan pria itu sibuk memandangi sahabatnya.
Hmm, mencurigakan sekali. Ini bukan kali pertama Jimin memergoki Jeongguk mencuri-curi pandang setiap kali mereka berpapasan, lho!
Tolong ingatkan Jeongguk kalau dirinya tidak ingin ketahuan, maka dia harus pandai menahan dirinya sendiri juga. Berhenti memandangi Kim Taehyung seperti itu, bisa-bisa matanya copot karena memandangi Taehyung tanpa berkedip.
Acara memandangi Kim Taehyung terpaksa dihentikan ketika Mingyu kini sudah datang dan duduk di sebelah Jeongguk. Dia menyenggol lengan Jeongguk, meminta perhatian temannya itu yang sibuk dengan dunianya sendiri: Kim Taehyung.
“Gguk, gue lagi sakit mata nih. Mau pindah ke meja agak depan ga?” tanya Mingyu sambil menunjuk dua kursi kosong di sebelah Taehyung.
Mata Jeongguk langsung melotot ketika sadar ke mana arah jari telunjuk Mingyu tersebut. Buru-buru dia menjawab dengan gugup dan salah tingkah karena takut si Mingyu sadar apa yang sedang dilakukan oleh Jeongguk tadi. “E-engga, gua di sini aja! Gua ga suka barisan paling depan.”
Jeongguk tetap saja begitu meski kini sudah berlalu dan dirinya sudah melewati tiga tahun mengagumi Taehyung diam-diam. Sampai akhirnya dia mengetahui kalau adik kembarnya, Jeon Jungkook, yang entah dari mana mengenal pria lucu itu.
Hingga akhirnya dirinya sadar kalau takdir mempermainkan kedua pria kembar itu. Mereka sama-sama jatuh cinta pada Kim Taehyung si pria manis yang lucu. Keduanya sudah terjerat pada pesona Taehyung dan tidak bisa menemukan jalan keluar dari sana. Mereka terjebak.
Sudah tidak ada lagi jalan untuk mundur. Namun Jeongguk masih enggan untuk melangkah maju. Karena dirinya takut terluka, dirinya takut berekspektasi, dirinya takut kalau Taehyung memang sudah menentukan pilihannya. Jeongguk kalah sebelum memulai perjuangannya.
. . .
. . . Author's Note:
Selamat pagi manteman, selamat sahur juga untuk kalian yang berpuasa! Xixixi, setelah ini aku akan reveal kejadian lengkap di atap kampus dari sudut pandang si cowok yea. Jadi kira-kira dugaan Taehyung kalau itu Jeongguk bener ga yaaaa? hahaha, sampai nanti lagi!
All the Love, Bae.