I look at you and see the rest of my life in front of my eyes.
. . .
Dua puluh menit yang lalu, Jungkook ingat betapa gugupnya Taehyung di ruang tunggu pengantin. Anak itu akan mondar-mandir sambil memainkan buku jarinya hingga berbunyi. Namun Jungkook langsung segera menarik tangannya. Jungkook tidak membiarkan Taehyung gugup sendirian. Tidak membiarkan anak itu terus-menerus menggertakan sendi jarinya, karena tahu kalau itu tidak baik.
Tangan Taehyung digenggam dengan lembut, mengantarkan rasa hangat dan rileks yang Taehyung butuhkan setiap kali dirinya merasa gugup. Jungkook tersenyum dengan teduh, senyuman itu seakan mengangkat separuh beban yang membelenggu dadanya.
Sempat terpikirkan kalau mungkin Taehyung akan mengunci diri di kamar mandi, karena rasa gugupnya kembali lagi. Kalau itu terjadi, mungkin Jungkook tidak akan berdiam diri saja di depan altar. Dia pasti sudah berlari untuk menghampiri pria manis itu.
Nyatanya, pria manisnya kini sedang berjalan ke arahnya. Dengan balutan jas putih dengan sebuah bahan menerawang di lapisan dalamnya. Cantik sekali, astaga. Padahal Jungkook sudah melihat Taehyung mengenakan jas putih miliknya. Dia tahu kalau bagian dada Taehyung akan sedikit terekspos, hal ini juga sempat menjadi perdebatan ketika mereka fitting.
Namun akhirnya Taehyung menang. Jungkook membiarkan Taehyung mengenakan jas pernikahan impiannya di hari bahagia mereka. Terbukti, kini Taehyung benar-benar nampak luar biasa indah. Jika score keindahan Taehyung pada hari biasa adalah 1000000, kini keindahannya sudah melampaui batas.
Orang-orang menahan sorak, tepat ketika Taehyung melangkah di antara mereka. Pipinya berwarna merah secara alami, karena dia melihat sosok Jungkook yang sedang tersenyum di depan sana. Papi, berjalan mengantar Taehyung dengan sebuah senyuman bahagia. Dia bahagia karena anak manisnya kini telah menemukan kebahagiaannya sendiri. Meskipun sebenarnya ada begitu banyak emosi yang sedang beliau rasakan saat ini. Senang, bahagia, sedih dan terhari, semua menjadi satu ketika melepaskan anaknya untuk menikah dengan seseorang yang dipilih.
Papi melepaskan gandengannya pada tangan Taehyung. Lalu menuntun anaknya untuk beridiri berdampingan dengan Jungkook. Beliau menepuk pundak sang calon menantu, sebuah tanda kalau beliau sudah mempercayakan kebahagiaan Taehyung pada pria itu. Tugas papi dan mami untuk membesarkan dan membahagiakan anak itu sudah selesai. Kini beliau membiarkan anaknya menulis cerita hidupnya sendiri, mencari kebahagiaannya bersama keluarga kecilnya dengan Jungkook nantinya.
Hari di saat bunga-bunga bermekaran, setelah melewati musim dingin yang panjang. Jungkook dan Taehyung mengikat sebuah janji, untuk mencintai dan mengkasihi satu sama lain sehidup dan semati.
Kemudian Taehyung melompat masuk ke dalam pelukan Jungkook. Anak itu menangis bahagia, karena ternyata hari yang tidak pernah dia bayangkan terjadi di hidupnya. Ketika Jungkook yang tersenyum teduh menunggunya di depan altar dengan tatapan penuh cinta. Ketika dirinya dan Jungkook saling mengucap janji suci dan di hadapan Tuhan. Setelah itu mereka berciuman, diselingi oleh tawa kecil, dan bibir mereka bertautan lagi. Seakan sorak-sorai dari para pengunjung hanyalah embusan angin, mereka tidak mempedulikan itu. Karena bibir keduanya masih menyatu, saling melumat dan mendamba. Ciuman pertama Taehyung dan Jungkook yang terasa begitu manis dan hangat di bulan april yang sejuk.