COKI-COKI: 197

. . .

Taehyung tidak memiliki opsi lain, selain mengangkat panggilan video dari Jeongguk. Tidak dapat menghindar dari tatapan lembut pria itu, tidak dapat menyembunyikan rona merah yang menghias pipinya, atau kalimat gelagapan dari mulutnya karena tidak begitu konsentrasi mencerna perkataan Jeongguk.

Di sinilah Kim Taehyung. Berusaha terus menghindar untuk bertatapan langsung dengan pria itu, sementara Jeongguk enggan untuk melepas pandangannya barang sedetik ke arah Taehyung. Senyumnya merekah, menemani kalimat demi kalimat yang terucap dari bibir indah milik Jeongguk. Dan, sejujurnya, kalimat yang dapat dia cerna dengan baik adalah dua kalimat pertama yang Jeongguk ucapkan. Setelah itu semuanya mengabur. Konsentrasinya buyar.

Mata Taehyung mengerjap beberapa kali. Berusaha memanggil kepingan-kepingan jiwanya yang meledak dan berhamburan karena pesona tenang Jeongguk. Kemudian, Taehyung mengubah posisi duduknya. Mencari posisi senyaman mungkin untuk menyembunyikan salah tingkahnya.

Ponselnya diletakkan bersandar pada vas bunga di meja, lalu kembali berpura-pura mencermati setiap perkataan Jeongguk. Namun, kepura-puraannya itu begitu nampak jelas di mata Jeongguk. Membuat sang pria terkikik geli dengan tingkah menggemaskan Taehyung. Tangannya terangkat, lalu dia biarkan untuk menopang dagunya di atas meja. Jeongguk melakukan persis apa yang Taehyung lakukan, bagaikan cerminan dari gerak tubuh Taehyung dari seberang layar ponselnya.

Beberapa detik Jeongguk diam dengan posisi itu. Dia rekam dan simpan dengan baik ke dalam ingatannya. Bagaimana wajah malu-malu Taehyung, suara pria itu yang memelan dan lembut ketika diajak berbicara, matanya yang membukat ketika Jeongguk mencoba menarik kembali atensi Taehyung kepada dirinya. Semuanya sudah dikemas dengan rapih di kotak memori indah dalam pikirannya. Tempat di mana segala hal tentang Taehyung tersimpan sejak dulu.

“Jadi gimana?” Tanya Jeongguk. Taehyung hanya bisa melongo, karena tidak mendengar kalimat apa yang Jeongguk ucapkan sebelumnya. Memang menyusahkan sekali tingkat konsentrasinya yang begitu kecil ini. Otaknya seakan tidak mau diajak kerja sama di depan Jeon Jeongguk. Taehyung lagi dan lagi hanya dapat memperlihatkan sisi ceroboh dan absurd dirinya.

“Hah?” Tanya Taehyung.

Suhu ruang kamar Taehyung tidak begitu hangat ataupun dingin, namun cukup untuk membuat rasa panas menjalar di seluruh wajahnya. Kemudian, pipinya pun berubah warna menjadi semerah buah cherry.

“Gua tadi nanya, besok kan hari minggu dan Sugar & Crumbs libur. Mau jalan keluar?” Jeongguk mengukang pertanyaannya. Masih dengan ekspresi yang sama. Masih dengan senyumannya yang terus mengembang menghias wajahnya.

Taehyung nampak gelagapan. Matanya berputar-putar ke segala penjuru arah. Bukan mencari apa pun, hanya saja sebuah upayanya untuk menghindar bertemu tatap dengan Jeongguk.

“Jadi, gimana?” Sebelah alis Jeongguk terangkat samar. Matanya mengekori gerakan Taehyung yang begitu minim di dalam layar ponselnya. Sempat untuk menggelak tawa sebentar, karena wajah lucu Taehyung ketika salah tingkah begitu kentara. “Sebenernya, gua ga menerima penolakan sih.”

Perkataan Jeongguk pun sukses mengambil perhatian Taehyung secara utuh. Matanya menatap sebal ke arah Taehyung, alisnya mengerut, lalu bibirnya mengerucut.

“Hih, apa-apaan!” Protes Taehyung tidak terima dengan. Meskipun sebenarnya kita semua pun tahu kalau dirinya tidak akan menolak ajakan Jeongguk.

Jeongguk tentu saja tidak mengindahkan protes palsu dari Taehyung.

“Besok gua jemput di depan pintu jam 11. Kita pergi dari pagi, biar jalan-jalannya puas. Boleh sekalian dipikirin kalau ada tempat yang pengin lo kunjungin,” Kata Jeongguk.

Kemudian, pria itu sibuk meregangkan tubuhnya di atas kursi. Kini sudah pukul 11.45 malam. Mungkin tubuhnya sudah meronta untuk dibaringkan ke atas kasur. Beberapa hari ini pekerjaannya begitu padat. Jeongguk minim sekali mendapatkan waktu istirahat yang layak.

Taehyung memperhatikan Jeongguk diam-diam. Wajahnya tidak lagi terlihat masam atau kesal. Eskpresinya melembut. Dalam hati Taehyung mengasihani Jeongguk yang terlihat begitu lelah.

“Hm, yaudah. Sana, lo istirahat gih.” Jawab Taehyung pada akhirnya.

Jeongguk hanya tertawa. Padahal tangannya sibuk memijit punggungnya sendiri. Bisa-bisanya Jeongguk mengajak Taehyung untuk jalan-jalan besok. Padahal dia bisa saja mengambil waktu tersebut untuk beristirahat.

“Iya, ini mau istirahat. Lo juga langsung tidur pokoknya.”

Taehyung mengangguk. “Yaudah, matiin video callnya.”

“Lo yang matiin gih.”

Taehyung melotot. “Hih, yaudah matiin nih.” Namun, tangannya tetap diam. Sambungan video tersebut tidak juga terputus. Yang ada malah acara saling pandang dari dua sejoli itu.

“Buruan matiin, tangan gua engga mau digerakin soalnya nih hahaha.”

Taehyung hanya dapat menggeleng keheranan. Agaknya, dirinya mulai familier dengan sisi Jeongguk yang satu itu. “Okay. Gue matiin nih ya.”

“Eh, tunggu dulu.” Kaya Jeongguk, tepat di saat tangan Taehyung meraih ponselnya dan hendak menekan tombol berwarna merah.

“Apa lagiiii?”

Goodnight dan sweet dream-nya mana?”

“ASTAGAAA, JEON JEONGGUK. Ya udah, iya, selamat malam, selamat tidur, mimpi yang indah.”

Setelah itu Taehyung buru-buru memutuskan panggilan tersebut. Merampas ponselnya yang berdiri bersandar pada vas bunga. Lalu, berlari memasuki kamarnya. Dia melompat ke atas ranjangnya. Menahan jeritnya di bawah bantal, kemudian berguling-guling di atas sana. Sumpah demi apa pun, Jeon Jeongguk tidak bisa berhenti bersikap menggemaskan. Dan itu semua menyulitkan hati Taehyung yang begitu lemah.

Sialan memang kamu, Jeon Jeongguuuuuk.