At My Worst — Dua Puluh Dua.

You are the sweetest feeling i know.

. . .

Aku dan Jungkook meninggalkan pesta pukul 08:00, dikarenakan kakiku yang sudah tidak mampu lagi untuk diajak beraktifitas hingga malam.

Dimulai dari pemberkatan di pagi hari, acara makan siang, hingga pesta di malam hari yang dikhususkan untuk teman-teman terdekat Jimin dan Kak Yoongi. Namun yang ku lakukan hanyalah duduk di kursi sembari memijit kakiku yang mulai pegal. Pada akhirnya, Jungkook berinisiatif meminta izin agar kami bisa pulang duluan.

Sebenarnya aku merasa tidak enak pada Jiminie dan kak Yoongi. Ini hari bahagia mereka yang hanya terjadi sekali seumur hidup, harusnya aku ada dan ikut merayakan bersama mereka. Namun tanganku sudah keburu digeret oleh Jungkook untuk keluar dari venue pesta.

Aku cemberut, namun Jungkook tidak peduli. Dia malah menyempatkan diri untuk mampir ke apotek sebentar untuk membeli plester pijat. Katanya, benda ini bisa mengurangi rasa pegal dan sakit pada kakiku.

Ketika sampai di flat, Jungkook menyuruhku untuk mandi terlebih dahulu. Dia juga cerewet sekali, mengingatkanku untuk tidak lupa mandi menggunakan air hangat. Sementara itu dia merapihkan kasur kami agar aku dan dia bisa segera pergi tidur dengan nyaman.

Rasanya, Jungkookie yang manis telah menambah kadar kemanisannya padaku untuk hari ini. Tanganku tidak dibiarkan untuk menganggur tanpa bertautan dengan tangannya. Matanya tidak mau melepaskan pandangannya padaku, meski bintang utama untuk hari ini adalah Jimin dan kak Yoongi.

Kim Taehyung, jangan lupa bersyukur hari ini. Karena Tuhan mempertemukanmu dengan Jungkook dan membiarkanmu menjadi manusia yang paling beruntung sedunia.

Tuhan, terima kasih. Aku sangat bersyukur untuk hal ini.

Aku berselonjor di atas kasur, dengan laptop yang dipangku di atas pahaku. Pukul 09:40 aku masih menyempatkan diri untuk membuka email kantor. Meski hari ini adalah akhir pekan, tidak menutup kemungkinan kalau tidak ada satu pun rekan kerjaku yang tidak mengirimkan laporan pekerjaan.

Jungkook sudah rapih dengan pakaian tidurnya. Namun rambutnya masih sedikit basah dan terlihat acak-acakan. Kemudian priaku ikut naik ke atas kasur kami dan memelukku dari samping.

“Kok masih memeriksa pekerjaan? Engga mau langsung istirahat, hm?” tanya Jungkook.

“Sebentar lagi, sayang. Ini Yeonjun, dari cabang Yeongsan meminta masukan untuk supplier alat peraga yang baru.” aku menjawab. Pandanganku masih tertuju pada laptop dan mengirimkan data-data yang dibutuhkan oleh Yeonjun. Setelah itu melepaskan pelukan Jungkook, agar aku bisa menaruh laptop-ku tempat semula.

“Taehyung-ah, cepat naik ke kasur atau aku gendong kamu secara paksa?”

Jungkook masih duduk di kasur, menantiku untuk kembali naik dan dia bisa melanjutkan acara memeluk tubuhku lagi. Aku dibuat tersenyum karena hal sekecil ini.

“Jungkookieee, gendong aku sini. Tiba-tiba kakiku keram, engga bisa jalan ke sanaaa.”