COKI-COKI: 233

. . .

I love the warmth of your body, as you pull me into a hug.

Taehyung tidak mungkin mengingat kejadian satu jam yang lalu. Saat pipinya merah padam semerah buah tomat yang baru saja dipanen, lalu meneguk habis satu botol soju rasa stroberi. Tangannya bereaksi begitu cepat, ketika hatinya kepalang malu mendengar semua rahasianya dibongkar oleh Wendy.

Rasanya malu sekali mengingat seberapa budak cintanya Taehyung akan Jeongguk. Seberapa sulitnya Taehyung melupakan pria yang disukai semasa SMA itu, meski kini pria itu pada akhirnya menjadi pacarnya. Tentang Taehyung yang banyak menghabiskan waktu untuk mendengar lagu sendu. Kebanyakan lagu-lagu itu bertema cinta bertepuk sebelah tangan, atau cinta yang terhalang oleh jarak.

Jeongguk tertawa. Tawanya terasa begitu renyah di telinga Taehyung. Bahkan sempat membuat Taehyung terlena dan lupa akan rasa malu. Namun, itu semua tidak berlangsung lama. Semuanya berakhir saat Wendy dengan terang-terangan berkata, “Lo sudah tahu soal malam perpisahan? Taehyung sengaja siapin lagu buat lo. Sampai dia nangis di panggung sambil ngeliatin ke arah pintu masuk. Tapi, ternyata lo engga dateng.”

Tepat setelah itu Taehyung langsung menyambar sebotol soju rasa stroberi yang ada di atas meja. Menghabiskannya dalam sekali tegukan. Membuat ketiga orang lainnya yang berada di sana tercengung. Tiga detik setelahnya Jeongguk baru bisa bereaksi. Mencoba menghentikan Taehyung, namun ternyata anak itu sudah keburu menghabiskan satu botol soju dalam sekali teguk.

Rasa getir dan sakit pada lidah dan hidung Taehyung menyusul setelahnya. Membuat dia menyesali perbuatan bodohnya barusan. Punggungnya dia sandarkan ke sofa, matanya dipejamkan sambil tangannya memijit pelipis. Sial, kepalanya mulai terasa sakit. Lalu, dengan bodohnya Taehyung malah kembali meneguk setengah botol soju. Tenggorokannya terasa panas, rasa getir dan aneh di tenggorokan dan hidungnya semakin menjadi. Bau alkoholnya menyengat sekali. Semakin membuat kepala Taehyung sakit bukan main.

Kira-kita, itu adalah hal terakhir yang dia ingat. Karena Taehyung tidak sadarkan diri setelahnya. Entah karena sakit kepalanya atau ternyata anak itu ketiduran. Itu adalah alarm bagi Jeongguk untuk membawa Taehyung pulang.

Taehyung tidak akan ingat mulutnya menyerocos berbicara hal melantur di dalam mobil. Memanggil Jeongguk dengan sebutan ‘ayang’ sebanyak dua puluh kali dengan mata terpejam. Juga, mengambuk, lalu kembali tidak sadarkan diri di pelukan Jeongguk saat diminta untuk membuka pintu apartemennya.

Ya, singkatnya begitu awal mula Kim Taehyung bisa berada di kamar Jeon Jeongguk. Dengan baju atasan yang sudah diganti dengan baju tidur Jeongguk. Tenggelam di balik selimut hangat pacarnya dan bangun dalam keadaan bingung pukul dua pagi.

Kepalanya berat, sakit dan rasanya ingin pecah. Sama seperti beberapa waktu yang lalu, tepat sebelum dirinya tidak sadarkan diri. Namun, dia tetap memaksa kakinya untuk berjalan. Taehyung keluar dari kamar itu dengan hati-hati. Satu tangannya memijit kepala, satunya dia buat untuk meraba dinding karena ruangan begitu gelap.

Ada sedikit rasa khawatir. Karena yang dia ingat adalah terakhir kali dirinya berada di ruang tengah apartemen Seungyoun. Dan kini dirinya entar berada di mana. Pikirannya yang biasanya begitu aktif kini sulit untuk diajak berunding. Kalau saja Taehyung bangun dalam keadaan kepala yang lebih baik, mungkin anak itu sudah heboh berteriak. Skenario di dalam kepalanya terus terputar adegan-adegan dari film aksi-kriminal yang pernah dia tonton. Aduh, takut sekali kalau ternyata benar-benar terjadi.

Hingga akhirnya Taehyung dapat bernapas lega. Saat dia melihat sosok yang tertidur lelap di sofa berwarna hitam. Dan saat itu Taehyung sadar kalau dirinya sedang berada di apartemen milik Jeongguk.

Pacarnya sedang meringkuk di dalam selimut. Tidur dengan lelap di atas sofa panjang berwarna hitam. Ada sedikit pantulan cahaya bulan yang menyelip masuk dari celah gorden. Menghiasi wajah tenang Jeongguk dengan matanya yang terpejam rapat.

Taehyung perlahan mendekatkan langkahnya. Kemudian, Taehyung duduk di sisi kosong dekat kaki Jeongguk. Diam sebentar di sana untuk memandangi wajah tampan pacarnya yang sedang tertidur pulas.

Setelah itu Taehyung menyelip masuk ke dalam selimut Jeongguk. Berbaring dengan sisa tempat yang begitu kecil untuk tubuhnya. Memaksa keduanya untuk mengikis seinci jarak yang tersisa. Jeongguk bahkan sampai terbangun dari tidurnya.

Matanya terbuka dan mendapati kehadiran Taehyung di sana. Dia tidak kaget sama sekali, tidak juga terganggu dengan posisi mereka yang tidak begitu nyaman. Yang Jeongguk lakukan hanyalah menarik tubuh Taehyung ke dalam dekapannya, mengunci tubuh Taehyung dalam sebuah pelukan hangat yang nyaman. Hingga kedua tubuh itu tidak mengenal apa itu jarak.

Matanya kembali terpejam, meski dirinya kini malah terjaga. Dia kecupi kepala Taehyung bagian belakang. Lalu berbisik, “Kenapa kebangun?”

Taehyung hanya menggeleng. Matanya juga sudah kembali terpejam, sedari tubuhnya ditarik masuk ke dalam pelukan Jeongguk. Kalau boleh jujur, saat itu Taehyung belum benar-benar sadar dari rasa mabuknya. Dia masih merasakan kepalanya begitu berat. Namun, dia sepenuhnya sadar saat memutuskan untuk bergabung dengan Jeongguk, menyelip ke dalam selimut pacarnya dan berakhir berada di dekapannya.

Tubuhnya dia balik, membuat mereka saling berhadapan. Jeongguk kembali mengeratkan pelukannya dan Taehyung ikut melingkarkan tangannya di tubuh Jeongguk. Kedua pasang mata itu terbuka, sayu-sayu saling bertatap di dalam gelapnya cahaya.

“Boleh minta goodnight kiss?” tanya Taehyung dengan pelan.

Jeongguk tersenyum samar. Rasa kantuk dan sakit akibat dari waktu tidur yang belum terlalu lama itu seakan tidak dia rasakan sama sekali. “Iya, boleh, Love.”

Wajah Jeongguk perlahan maju. Mendekat ke arah Taehyung yang sudah kembali memejamkan matanya. Semua jarak terkikis, hingga Taehyung bisa merasakan deru napas Jeongguk pada permukaan kulit wajahnya, Hingga dia merasa ada sebuah gesekan pada kedua hidung mereka, disusul dengan suara tawa kecil yang menyelip keluar dari mulutnya.

Dan lagi jantungnya kian memburu. Namun, entah mengapa Taehyung justru ingin mendorong wajahnya maju. Ingin segera menyatukan kedua bibir itu. Ingin segera merasakan mangat dan lembutnya ketika bibir mereka saling bersentuhan. Ingin merasakan rasa senang yang menggelitik dada dan perutnya.

Hingga akhirnya bibir mereka benar-benar bersentuhan. Menyatu, meski hanya diam selama dua detik. Sebuah lumatan kecil Jeongguk lakukan pada bibir atas Taehyung, kemudian berganti pada bibir bawah pria itu. Membuat rasa bahagia membuncah dalam dadanya yang Taehyung yakini akan meluber ke mana-mana. Nalurinya berkata untuk membalas lumatan itu, dan itulah yang dia lakukan. Melumat bibir Jeongguk selembut yang pacarnya lakukan pada bibirnya. Untuk sesaat mereka larut dalam kegiatan itu. Terbuai oleh sensasi menyenangkan dari tiap sentuhan yang ditimbulkan.

Dan tak lama Jeongguk harus menyudahi kegiatan mereka. Menutup ciuman yang intens itu dengan kecupan terakhir yang manis. Sialnya, untuk ukuran orang yang masih setengah mabuk, Taehyung begitu sadar kalau dirinya kecewa. Kecewa karena harus menyudahi ciuman manis itu.

Goodnight, sweet dreams, Love.” Kata Jeongguk menutup malam mereka yang hangat dan manis.

. . .